rss

Friday, July 31, 2009

Training activity


Tumben 3 kelas sekaligus praktek di satu workshop.. Senang lihat tempatnya penuh dengan aktivitas siswa

Hilang satu


Injectornya hilang satu....... Siapa yg ambil ya :(

Friday, July 17, 2009

Kayangan


Boat berlabuh didermaga kayangan

Thursday, July 16, 2009

Pusuk hill lombok


Seperti dibali dilombok jg ada bukit yg banyak monyetnya

Rumah dikaki bukit


Tenang sejuk nyaman...

Wednesday, July 15, 2009

Ada 4 bagian pada "Diri" anda





  1. Bagaimana Anda memandang diri sendiri




  2. Seberapa banyak Anda mengijinkan orang lain melihat Anda




  3. Apa yang dilihat orang lain




  4. Apa yang tidak dilihat orang lain dan Anda




Setiap bagian adalah sama nyatanya. Tidak ada bagian yang "benar atau salah." Sadar diri Anda didasari oleh memahami setiap bagian. (ini adalah versi sederhana asas Johari Windows). Rasa sadar diri Anda dapat dikembangkan dengan mencoba memandang diri sendiri dan apa yang Anda lakukan lebih daripada satu window. Misalnya:



  1. Semua anggota regu Anda mengetahui bahwa Anda tidak bisa didekati di Senin pagi. Ini adalah contoh nomor 3. Apa yang dilihat orang lain.

  2. Jika Anda dapat melihat ini maka ini ditambahkan ke nomor 1. Bagaimana Anda memandang diri Anda dan membiarkan Anda berobah.

  3. Dengan membuat perilaku Anda di Senin pagi lebih positif akan merobah nomor 2. Apa yang Anda perlihatkan kepada orang lain dan nomor 3. Apa yang dilihat orang lain.

  4. Alasan Anda marah-marahan pada hari Senin mungkin terkubur dalam nomor 4. Apa yang tak dilihat seorang pun


Goal Setting


Hasil apapun yang Anda lakukan hanyalah sebaik rencana yang Anda buat sebelum mengerjakannya. Jika Anda bersiap-siap untuk olahraga, pergi berlibur atau memperbaiki mesin maka Anda perlu mengetahui hasil yang Anda harapkan bila kegiatan itu selesai. Kalau Anda mengetahui hasil yang Anda hrarapkan maka Anda memiliki goal.



Steven Covey* menyebutnya 'mengawali dengan memikirkan akhir.'



Goal dapat ditetapkan untuk sebuah tugas - memperbaiki sebuah mesin agar beroperasi sesuai dengan spesifikasi atau untuk sekelompok tugas - merawat sejumlah mesin dalam urutan kerjanya dalam waktu tertentu. Dalam hal kedua tersebut sebuah kerangka goal individu mungkin diperlukan untuk mencapai goal besar. Jika Anda merencanakan liburan Anda mungkin ingin melakukan beberapa hal - perjalanan lewat udara, mencari akomodasi, mengunjungi keluarga dan menghadiri suatu kegiatan. Masing-masing rencana itu menjadi goal kecil dalam goal besar liburan yang sukses. Dengan cara ini maka dapat digunakan sebuah kerangka perencanaan yang akan menuju ke suatu keberhasilan jangka panjang yang kita harapkan.


Dengan kata lain, sebuah goal adalah sebuah target yang kita tetapkan sendiri dan kemudian berusaha untuk mencapainya. Goalnya mungkin merupakan mengakhiri sebuah masa magang, memperoleh pekerjaan khusus atau memiliki penghasilan tertentu. Kita hendaknya memiliki goal di tempat kerja dan hidup kita di luar kerja. Goal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan termasuk memainkan alat musik, berbicara dalam bahasa asing atau melakukan olah raga tertentu. Goal apa yang Anda miliki?



Sunday, July 12, 2009

Selamat jalan


Nya' Nuri adalah kakak tertua dari ibuku, beliau baik banget sama semua keluarga selama ini ..biarpun akhir2 ini beliau mesti di kursi roda karena menderita stroke tapi gak pernah terlihat cemberut saat aku kerumahnya..air mukanya selalu aja cerah dan tersenyum saat keponakannya yg mana aja datang kerumahnya....gak banding2 gak timbang2 pokoknya semua keponakan disayang dan diperlakukan sama, yang aku tau selama hidupnya gak pernah terdengar beliau mengeluh, warung kecil tempat usahanya didepan rumah menjadi bukti kegigihan beliau dalam berjuang membantu menafkahi keluarga, tapi itu sebelum akhirnya dia sakit keras dan tidak mampu lagi berjalan kecuali pakai kursi rodanya.


Klo gak salah tahun kemarin seminggu sebelum tanggal aku cuti saat itu aku sudah pindah tugas kesumbawa, aku terima kabar dari keluarga dijakarta bahwa Abi Rozak suaminya nya' Nuri meninggal dunia ..sekitar seminggu juga sebelum aku cuti jg tepatnya tadi siang lagi2 aku mendapat kabar bahwa nya Nuri meninggal dunia.


Innalillahi wa inna ilaihi raaji'uun........


Umur manusia ...bila boleh meminta aku pingin beliau dipanjangkan umurnya 1 minggu lagi..tunggu aku datang....aku belum sempat melihat senyumnya lagi dan aku ingin!


Aku ingin menikmati senyumnya ......senyum yang selalu mengajarkan aku bahwa sekeras apapun cobaan hidup tidak perlu menyerah, senyum tulus yang bukan dibuat2 untuk membiaskan dukanya ..atau menutupi lukanya.


semoga Allah SWT menerima beliau dengan senyum seperti senyum ikhlasnya pada semua orang yang disayanginya..


Ya Allah....terima lah taubatnya ..ampuni segala dosa2nya dan sayangilah dia


Amiin,




Technorati :

Saturday, July 11, 2009

Ghirah


Cemburu, asal tidak berlebihan, merupakan salah satu sifat terpuji yang harus dimiliki pasangan suami istri. Sayangnya, kerusakan moral atas nama modernitas telah mengikis rasa cemburu itu. Walhasil, pintu perselingkuhan pun terbuka lebar hingga berujung pada runtuhnya bangunan rumah tangga.
Banyak kita jumpai fenomena di mana seorang suami tidak lagi merasa berat hati bila melihat istrinya keluar rumah berdandan lengkap dengan beraneka polesan make-up di wajah. Sang istri datang ke pesta, ke pusat perbelanjaan, ataupun ke tempat kerja hanya dengan pakaian 'sekedarnya' yang memperlihatkan auratnya. Tak cuma itu, keluarnya istri dari rumah pun seringkali hanya ditemani sopir pribadinya.
Hati suami seakan tak tergerak. Darahnya pun seolah tidak mendidih melihat semua itu. Justru terselip rasa bangga bila istrinya dapat tampil cantik di hadapan banyak orang. Parahnya lagi, dia tetap merasa tenang ketika ada lelaki lain yang mendekati istrinya dan berbicara dengan nada akrab. Bahkan sekali lagi dia merasa bangga bila lelaki lain itu mengagumi kecantikan istrinya.
Yang ironis, sang suami dengan semua itu, kemudian memandang dirinya sebagai seorang yang berpikiran maju, moderat, penuh pengertian, dan mengikuti perkembangan jaman. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un.
Kebobrokan akhlak yang sangat parah pun menimpa, tatkala ghirah itu hilang… tatkala bara cemburu itu padam… Seorang suami tidak lagi memiliki ghirah terhadap istrinya, tidak ada rasa cemburu yang membuat dia menjaga istri dengan baik. Menyimpannya dalam istana yang mulia agar tidak terjamah tatapan mata dan sentuhan tangan yang tidak halal… Tidak ada lagi rasa cemburu di hatinya yang dapat mendorong untuk menjaga istrinya agar tidak melakukan hal-hal yang dilarang Allah dan Rasul-Nya, agar tidak melakukan pelanggaran akhlak dan moral. Bahkan, dia sendiri terjerembab, jatuh dalam jurang kenistaan.



Ghirah yang Hilang
Bila kita bandingkan kenyataan yang kita dapati pada hari ini dan kisah masa lalu, maka yang terucap hanyalah kata rindu, rindu kepada masa lalu. Betapa orang-orang dahulu begitu menjaga wanita mereka. Tidak mereka biarkan wanita mereka terlihat oleh mata-mata yang tidak halal, apalagi terkena sentuhan. Merupakan suatu aib bagi mereka bila wanita keluar rumah tanpa memakai kain penutup seluruh tubuhnya. Suatu cela bagi mereka bila ada lelaki lain berbicara dengan wanita mereka.
Mereka lazimkan wanita untuk mengenakan perhiasan rasa malu dan 'iffah (menjaga kehormatan dan harga diri). Perbuatan seperti itu bukan sekedar tradisi dan budaya suatu masyarakat atau bangsa tertentu. Namun demikianlah yang diinginkan dalam syariat agama yang mulia ini. Dengan ghirah ini kemuliaan mereka pun tetap terjaga dan akhlak mereka terpelihara. Namun ketika ghirah ditanggalkan dan wanita dibiarkan keluar dari rumahnya tanpa rasa malu, terjadilah apa yang terjadi. Fitnah dan kerusakan moral yang tak terkira. Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam jauh sebelumnya telah memperingatkan:
"Sesungguhnya dunia ini manis dan hijau. Dan Allah menjadikan kalian sebagai pengatur di dalamnya dengan turun temurun, lalu Dia melihat bagaimana kalian berbuat. Maka hati-hatilah kalian dari dunia dan hati-hatilah kalian dari wanita karena awal fitnah yang menimpa Bani Israil adalah pada wanitanya." (Shahih, HR. Muslim no. 2742)
Jaman memang telah berubah. Mayoritas manusia semakin jauh dari akhlak yang lurus. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak datang kepada kalian suatu jaman kecuali jaman setelahnya lebih jelek darinya (yakni dari jaman sebelumnya) hingga kalian bertemu dengan Tuhan kalian." (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 7068)
Ghirah Seorang Suami Menurut Tuntunan Islam
Di dalam agama yang mulia ini, seorang suami dituntut untuk memiliki ghirah atau rasa cemburu kepada istrinya, sehingga ia tidak menghadapkan istrinya kepada perkara yang mengikis rasa malu dan mengeluarkannya dari kemuliaan.
Sa'ad bin 'Ubadah radhiyallahu 'anhu pernah berkata dalam mengungkapkan kecemburuan terhadap istrinya:
"Seandainya aku melihat seorang laki-laki bersama istriku niscaya aku akan memukul laki-laki itu dengan pedang (yang dimaksud bagian yang tajam, red)…"
Mendengar penuturan Sa'ad yang sedemikian itu, tidaklah membuat Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam mencelanya, bahkan beliau bersabda: "Apakah kalian merasa heran dengan cemburunya Sa`ad? Sungguh aku lebih cemburu daripada Sa`ad dan Allah lebih cemburu daripadaku." (Shahih, HR. Al-Bukhari, dalam kitab An Nikah, bab "Al-Ghairah" dan Muslim no. 1499)
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-'Asqalani berkata: "Dalam hadits Ibnu 'Abbas yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad, Abu Dawud dan Al-Hakim disebutkan bahwa tatkala turun ayat:
"Dan orang-orang yang menuduh wanita baik-baik berzina kemudian mereka tidak dapat menghadirkan empat saksi maka hendaklah kalian mencambuk mereka sebanyak 80 cambukan dan jangan kalian terima persaksian mereka selama-lamanya." (An-Nur: 4)
Berkatalah Sa'ad bin 'Ubadah: "Apakah demikian ayat yang turun? Seandainya aku dapatkan seorang laki-laki berada di paha istriku, apakah aku tidak boleh mengusiknya sampai aku mendatangkan empat saksi? Demi Allah, aku tidak akan mendatangkan empat saksi sementara laki-laki itu telah puas menunaikan hajatnya." Mendengar ucapan Sa'ad, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Wahai sekalian orang-orang Anshar, tidakkah kalian mendengar apa yang diucapkan oleh pemimpin kalian?". Orang-orang Anshar pun menjawab: "Wahai Rasulullah, janganlah engkau mencelanya karena dia seorang yang sangat pencemburu. Demi Allah, dia tidak ingin menikah dengan seorang wanita pun kecuali bila wanita itu masih gadis dan bila dia menceraikan seorang istrinya, tidak ada seorang laki-laki pun yang berani untuk menikahi bekas istrinya tersebut karena cemburunya yang sangat." Sa'ad berkata: "Demi Allah, sungguh aku tahu wahai Rasulullah bahwa ayat ini benar dan datang dari sisi Allah, akan tetapi aku cuma heran." (Fathul Bari, 9/385)
Asma bintu Abi Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anha bertutur tentang dirinya dan kecemburuan suaminya: "Az-Zubair menikahiku dalam keadaan ia tidak memiliki harta dan tidak memiliki budak. Ia tidak memiliki apa-apa kecuali hanya seekor unta dan seekor kuda. Akulah yang memberi makan dan minum kudanya. Aku yang menimbakan air untuknya dan mengadon tepung untuk membuat kue. Karena aku tidak pandai membuat kue maka tetangga-tetanggaku dari kalangan Anshar-lah yang membuatkannya, mereka adalah wanita-wanita yang jujur. Aku yang memikul biji-bijian di atas kepalaku dari tanah milik Az-Zubair yang diserahkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sebagai bagiannya, dan jarak tempat tinggalku dengan tanah tersebut 2/3 farsakh1. Suatu hari aku datang dari tanah Az-Zubair dengan memikul biji-bijian di atas kepalaku, maka aku bertemu dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam beserta sekelompok orang dari kalangan Anshar. Beliau memanggilku, kemudian menderumkan untanya untuk memboncengkan aku di belakangnya2. Namun aku malu untuk berjalan bersama para lelaki dan aku teringat dengan Az-Zubair dan kecemburuannya, sementara dia adalah orang yang sangat pencemburu. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengetahui bahwa aku malu maka beliau pun berlalu. Aku kembali berjalan hingga menemui Az-Zubair. Lalu kuceritakan padanya: 'Tadi aku berjumpa dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dalam keadaan aku sedang memikul biji-bijian di atas kepalaku, ketika itu beliau disertai oleh beberapa orang shahabatnya. Beliau menderumkan untanya agar aku dapat menaikinya, namun aku malu dan aku tahu kecemburuanmu'." (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 5224 dan Muslim no. 2182)
Bukanlah makna ghirah atau cemburu itu dengan selalu berprasangka buruk kepada istri sehingga selalu mengintainya siang dan malam guna mencari-cari kesalahannya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Jauhilah oleh kalian kebanyakan dari prasangka karena sebagian prasangka itu dosa…." (Al-Hujurat: 12)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda:
"Hati-hati kalian dari prasangka3 karena prasangka itu adalah pembicaraan yang paling dusta." (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6064 dan Muslim no. 2563)



Ghirah Menyaring Kejelekan
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullahu berkata, bara dan panasnya ghirah ini akan menyaring kejelekan dan sifat tercela, sebagaimana emas dan perak dibersihkan dari kotoran yang mencampurinya. Orang-orang mulia dan tinggi harga dirinya pasti memiliki ghirah yang besar terhadap dirinya dan orang-orang yang dekat dengannya juga terhadap orang lain secara umum. Karena itulah Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling memiliki ghirah terhadap umatnya. Dan ghirah Allah Subhanahu wa Ta'ala lebih dibanding beliau Shallallahu 'alaihi wasallam. (Ad-Daau wad Dawa, hal. 106)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Tidak ada satupun yang lebih ghirah daripada Allah. Karena ghirah-Nya inilah Dia mengharamkan perbuatan keji baik yang tampak maupun yang tersembunyi." (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 5220 dan Muslim no. 2760)
Ibnul Qayyim juga mengatakan: "Pokok dari agama ini adalah ghirah, maka siapa yang tidak memiliki ghirah berarti ia tidak memiliki agama. Ghirah ini akan melindungi hati sehingga terlindung pula anggota badan lainnya, tertolaklah dengannya segala perbuatan jelek dan keji. Sementara tidak adanya ghirah menyebabkan matinya hati hingga anggota badan lainnya pun ikut mati, akibatnya tidak ada penolakan terhadap perbuatan jelek dan keji." (Ad-Daau wad Dawa, hal. 109-110)
Awal Runtuhnya Ghirah
Hilangnya ghirah dari lubuk hati seorang insan disebabkan oleh banyak hal, di antara sebab terbesar yang bisa kita saksikan adalah:
1. Kebanyakan mereka berpaling dari mempelajari agama yang agung ini, yang dengannya Allah memuliakan kita setelah sebelumnya kita hina. Namun ketika nikmat yang agung ini disia-siakan dan manusia enggan mengikuti petunjuk Rasul yang menyampaikan agama ini, mereka kembali terpuruk hina dina di hadapan umat lainnya. Sehingga mereka merasa minder bila tidak mengikuti orang-orang kafir. Sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, mereka terus mengikuti jejak orang-orang kafir tersebut. Dalam keadaan mereka menyangka bahwa itu adalah peradaban dan kemajuan, padahal sebenarnya hal itu adalah kehinaan dan kehancuran. Kenyataan yang demikian ini telah disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam jauh sebelumnya, beliau bersabda:
"Sungguh-sungguh kalian akan mengikuti sunnah (cara hidupnya) orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga seandainya mereka masuk ke dalam lubang dhabb (sejenis biawak), kalian pun akan memasukinya." Para shahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah mereka itu orang-orang Yahudi dan Nasrani?" Beliau menjawab: "Siapa lagi (kalau bukan mereka)?" (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 3456 dan Muslim no. 2669)
2. Termasuk perkara yang menyebabkan hilangnya ghirah dalam dada kaum muslimin adalah banyaknya fitnah dan perubahan yang mereka terima lalu ditelan mentah-mentah oleh hati-hati mereka sehingga menjadi bagian darinya. Akibatnya terbaliklah fitrah mereka. Dalam pandangan mereka, yang mungkar adalah ma'ruf dan yang ma'ruf adalah mungkar. Bila ada yang membawakan kebenaran kepada mereka sementara kebenaran itu menyelisihi kebiasaan mereka, maka mereka menganggap hal itu jumud, terbelakang, dan menghambat kemajuan. Membebaskan wanita keluar dari rumahnya dengan segenap keindahannya adalah termasuk kemajuan dalam pikiran kotor mereka.
3. Hal lain yang membuat seorang suami menanggalkan ghirah-nya adalah persangkaannya yang keliru. Dia menyangka bahwa rasa malu dan menutup tubuh (berhijab) bagi wanita adalah bagian dari masa lalu sehingga telah ketinggalan jaman bila tetap dikenakan di masa modern ini. Ia tidak ingin mengekang istrinya dengan kebiasaan yang sudah usang dimakan jaman, bahkan ia ingin menunjukkan kepada istrinya dan kepada orang lain bahwa ia seorang laki-laki yang moderat dan selalu mengikuti kemajuan.
4. Tenggelam dalam lumpur dosa termasuk salah satu sebab padamnya api ghirah di dalam hati dan hal ini merupakan hukuman atas dosa yang diperbuat. (Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Ad-Daau wad Dawa, hal. 106)
Dari penjelasan yang kita dapatkan di atas, pahamlah kita bahwa ghirah dalam batasan yang diperkenankan syariat merupakan sifat yang terpuji. Dengan ghirah ini seorang laki-laki dapat menjaga istrinya dan mahramnya yang lain dari perbuatan yang melanggar syariat Allah Subhanahu wa ta'ala. Sebaliknya tidak adanya ghirah menyebabkan seorang suami membiarkan istrinya jatuh ke dalam lumpur noda dan dosa. Akibatnya kejelekan dan fitnah pun tersebar…
Betapa butuhnya kita untuk kembali kepada aturan syariat yang mulia ini. Betapa perlunya kita kembali menengok ke masa lalu yang sangat menjaga ghirah, masa lalu yang sarat dengan penerapan ajaran agama yang mulia ini. Dan sungguh ini adalah senandung kerinduan kepada masa lalu….
Wallahu ta'ala a'lam bish-shawab.




Technorati :

Jangan menyerah


Ada yang menarik dan masih saja tertinggal dalam benak saya seusai sholat jumat minggu ini, lembar bulletin jumat itu masih ada disaku hari ini dan saya baca lagi.


Dalam bulletin yang membahas tentang media televisi yang menjadi salah satu faktor pemeran utama yang menjadikan kemerosotan moral dan akhlak, namun dibagian lain juga mengakui bahwa dinegara2 seperti saudi arabia televisi justru menjadi sarana dakwah yang mempunyai impact cukup baik terhadap .


Bukan....bukan saya mau menentang apa pendapat mereka tentang media televisi yang akhirnya pada bab terakhir disebutkan dalam buletin tersebut lebih banyak berisi acara yang kurang bermanfaat dan sedikit banyak mempengaruhi pola hidup umat muslim.


Saya setuju content siaran televisi di indonesia masih miskin pendidikan, justru yang masuk prime time adalah siaran2 seperti sinetron2 yang kurang berbobot.. acara2 yang lintas batas umur namun berisi adegan2 yang tidak layak ditonton.


Yang saya tidak setuju adalah bila ada pendapat yang menyarankan harus segera mengambil tindakan untuk menjauhi televisi dan menganggap benda itu haram, karena televisi adalah salah satu bagian dari media, klo TV dianggap haram maka gak lama lagi internet pun akan diharamkan.


Media seperti TV, radio, internet, koran dan media2 penghantar informasi lainnya terbukti juga bisa menjadi pedang dakwah yang tajam dan efisien untuk menyampaikan ajaran2 serta memberikan siraman rohani sekaligus membentuk prilaku akhlakul karimah.


Media informasi saat ini ibarat "Gold Field" dimana setiap agama dan keyakinan ikut berperan dalam ajang "Gold rush" saling berlomba2 untuk lebih dulu menguasai media sebagai alat bantu mereka dalam menyebarkan dakwah atau untuk mencekoki keyakinan bahkan untuk menghancurkan suatu keyakinan.


Siapa yang lebih dulu menguasai "Gold field" pastinya akan mendapatkan peluang lebih baik untuk melancarkan usahanya.


Siapa yang akan menguasai Gold field itu ?


Apakah kaum kafir?


Atau umat muslim ?


Bila kita mundur dan tidak mau melawan artinya kita siap memberi peluang jalan mereka untuk menguasai media dan memecah belah iman dan mengikis ketakwaan umat, juga memberi jalan bagi maksiat dan lebih banyak mudharat yang akan bermunculan dimedia, padahal saat itu kita bisa berusaha memperbanyak informasi yang berisi dakwah dan petunjuk2, menambah bahan bakar berupa kreatifitas untuk membuat acara televisi menjadi lebih berisi pendidikan akhlak/moral yang baik namun segar untuk dikonsumsi.




Technorati :

Wednesday, July 8, 2009

Cumi besar


Oleh2 dari sumbawa

Bakar ikan


Acara bakar ikan dirumah mas dwinur